Kehilangan data penting bisa menjadi masalah besar bagi bisnis. Inilah sebabnya mengapa backup dan disaster recovery di private cloud sangat penting, terutama bagi perusahaan yang menggunakan layanan cloud. Dengan strategi yang tepat, data tetap aman dan bisa dipulihkan dengan cepat saat terjadi gangguan.
Lalu, bagaimana cara menerapkan strategi backup dan disaster recovery yang efektif di private cloud? Artikel ini akan membahas langkah-langkah penting agar data Anda selalu aman dan dapat dipulihkan dengan cepat saat terjadi masalah.
Apa itu Backup dan Disaster Recovery
Backup dan disaster recovery adalah dua proses individu yang saling bekerja sama untuk menjamin keberlangsungan bisnis. Backup adalah proses penduplikasian data, baik pada perangkat yang sama maupun pada perangkat penyimpanan eksternal. Disaster recovery adalah sebuah rencana dan proses yang memanfaatkan duplikasi data untuk mengembalikan file, proses, atau aplikasi ke keadaan sebelum terjadi masalah.
Jadi, hanya dengan memiliki data backup bukan berarti bisnis aman dapat menjaga keberlangsungan aktifitasnya. Namun diperlukan perencanaan dan proses yang pasti dari dua proses yang bekerja bersamaan.
Mengapa Backup dan Disaster Recovery Penting di Private Cloud?
Private cloud menawarkan berbagai keunggulan bagi bisnis yang membutuhkan kontrol dan keamanan dari sebuah infrastruktur cloud. Dari keunggulan inilah, private cloud sering didedikasikan sebagai infrastruktur untuk menyimpan data-data kritis bisnis. Artinya, apabila data-data ini mengalami kerusakan atau tidak dapat di akses, maka operasional bisnis dapat terhenti.
Dengan mengimplementasikan backup dan disaster recovery pada infrastruktur private cloud, bisnis dapat mengurangi dampak hambatan yang terjadi.
Strategi Backup di Private Cloud
Backup Berkala
Melakukan backup secara berkala dapat menjaga data duplikat untuk selalu berada pada versi terkini. Rutinitas ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis dan ukuran tempat penyimpanan yang tersedia.
Semaking tinggi nilai data yang disimpan, maka dianjurkan untuk rutin melakukan backup dengan jangka waktu yang pendek. Sedangkan apabila data dinilai tidak terlalu kritis, dapat melakukan backup secukupnya saja.
Automated Backup
Untuk membantu rutinitas backup, organisasi dapat mengimplementasikan sistem automated backup yang akan menjamin data terduplikasi secara rutin selama tempat penyimpanan masih tersedia. Automated backup sangat disarankan untuk mengurangi beban kerja tim IT agar dapat berfokus pada hal lain yang lebih kritis untuk operasional bisnis.
Enkripsi Data
Demi menjaga keamanan data yang sudah di duplikasi atau backup, organisasi dapat menerapkan enkripsi pada data tersebut. Enkripsi di sini berguna untuk menjaga data dari ancaman seperti kebocoran data dan membuat data tidak dapat di baca tanpa menggunakan kunci khusus yang dimiliki oleh organisasi.
Offsite Backup vs. On-Site Backup
Strategi terakhir yang bisa diterapkan oleh organisasi dalam menjaga ketersediaan data melalui backup adalah dengan memiliki backup di dua tempat terpisah. Dua tempat ini adalah on-site atau berada di lingkungan organisasi dan offsite atau di luar lingkungan organisasi seperti di data center di kota yang berbeda.
Hal ini dilakukan untuk menjaga ketersediaan data apabila terjadi hambatan pada lokasi utama, organisasi dapat menggunakan data yang tersedia di lokasi lain. Dengan begini, data tetap dapat di akses dan operasional terjaga.
Strategi Disaster Recovery di Private Cloud
Ciptakan Disaster Recovery Plan (DRP)
Menciptakan disaster recovery plan yang dapat di implementasikan oleh organisasi merupakan langkah penting pertama untuk mencapai keberlangsungan organisasi. DRP umumnya terdiri dari dokumentasi yang mendeskripsikan langkah yang perlu di ambil organisasi dalam menghadapi ancaman maupun bencana.
Hal umum yang biasa terkandung dalam dokumentasi DRP adalah strategi dan lokasi backup, recovery time objective (RTO) dan recovery point objective (RPO), contact person orang atau divisi yang di tunjuk apabila terjadi gangguan, dan SoP pada umumnya.
Failover System
Failover atau fallback system adalah sebuah sistem sekunder yang seketika aktif apabila terjadi gangguan pada infrastruktur utama. Sistem ini hanya bersifat sementara untuk menjaga operasional organisasi tetap terjaga yang akan dimatikan apabila infrastruktur utama sudah kembali beroperasi.
Disaster Recovery as a Service (DRaaS)
Disaster Recovery as a Service adalah bentuk DRP yang bisa digunakan oleh organisasi dengan memanfaatkan pihak ketiga untuk membantu menyediakan infrastruktur dan implementasinya. Dengan begini, organisasi dapat memfokuskan tim IT ke tugas yang lebih penting bagi perkembangan bisnis. Contoh pihak ketiga yang bisa memberikan layanan DRaaS adalah Wowrack, IBM, maupun Google Cloud.
Kesimpulan
Di era yang sudah serba digital seperti saat ini, IT memiliki keterikatan yang tinggi dengan kepuasan pelanggan. Gangguan sekecil apapun dapat merugikan baik secara materil maupun non-materil. Wowrack dengan layanan Disaster Recovery as a Service membantu memastikan pelayanan organisasi tetap dapat berjalan, apapun hambatannya.