Banyak langkah optimasi cloud gagal bukan karena kurangnya usaha, tapi karena lemahnya framework yang digunakan. Perusahaan bereaksi terhadap lonjakan tagihan, menerapkan solusi jangka pendek, lalu berharap bulan depan tagihan akan kembali seperti semula.
Harusnya efisiensi cloud bukan jadi bahan tebak-tebakan, melainkan dibangun di atas pengambilan keputusan berdasarkan kerangka kerja yang tepat.
Karena ini, kita akan membahas tiga framework praktis, 6R, FinOps, dan Workload, yang bisa membantu Anda mengendalikan biaya cloud. Mari simak strategi nyatanya di bawah ini.
Framework 6R
6Rs awalnya dikenal sebagai panduan migrasi cloud, tapi kini digunakan secara luas untuk merancang strategi investasi cloud. Setiap “R” merepresentasikan pendekatan strategis untuk menangani workload—apakah harus dipindahkan, diganti, atau dihentikan.
Jika diterapkan dengan tepat, 6Rs membantu tim membuat keputusan dengan jelas saat memindahkan beban kerja ke cloud. Ini juga mencegah kejutan biaya akibat migrasi yang tidak terencana.
Berikut adalah pendekatan framework 6R:
- Rehost – Memindahkan aplikasi ke cloud tanpa perubahan. Cepat dan minim risiko, tapi dapat menjadi mahal dalam jangka panjang.
- Replatform – Melakukan sedikit penyesuaian pada aplikasi untuk dapat menggunakan layanan cloud-native. Cocok bagi yang ingin keseimbangan antara kecepatan dan efisiensi.
- Refactor – Menulis ulang aplikasi agar sesuai dengan arsitektur cloud. Biasanya diiringi dengan biaya awal yang tinggi, tapi memberikan efisiensi dalam jangka yang panjang.
- Repurchase – Mengganti aplikasi internal dengan solusi SaaS. Ideal jika sistem lama sudah mahal untuk dipelihara.
- Retain – Menyimpan workload di on-prem sementara waktu. Cocok untuk workload yang belum siap dipindahkan.
- Retire – Menonaktifkan sistem yang sudah tidak compatible dengan cloud atau tidak diperlukan lagi. Ini merupakan cara tercepat mengurangi biaya yang tidak perlu.
Dari sini mungkin muncul pertanyaan, “framework mana yang sesuai dengan bisnis saya?” Pemilihan framework “R” yang tepat harus selalu berdasarkan pada nilai workload, kompleksitas, dan urgensi dalam bisnis Anda. Tabel berikut bisa menjadi rujukan ringkas untuk memandu Anda:
Skala | Tekanan Waktu | Sensitivitas Biaya | Rekomendasi |
Kecil | Tinggi | Rendah | Rehost |
Menengah | Sedang | Sedang | Replatform |
Besar | Rendah | Tinggi | Refactor |
Salah satu pendekatan yang paling umum adalah Rehost, atau sering disebut “lift and shift.” Untuk pemahaman lebih lanjut, baca artikel kami: "Mengenal Lift & Shift dalam Migrasi Cloud".
Framework FinOps
Biaya cloud bukan cuma urusan tim IT, melainkan seluruh divisi bisnis, termasuk tim finance. Semakin kompleks infrastruktur cloud, semakin tinggi pula kebutuhan untuk menyatukan tim keuangan, IT, dan operasional.
Inilah tujuan FinOps: sebuah praktik keuangan modern untuk mengelola cloud secara kolaboratif yang berfokus pada visibilitas, akuntabilitas, dan kontrol biaya.
Selain itu, framework FinOps berperan dalam mengajak semua pihak yang ada di dalam bisnis untuk terlibat dalam proses operasional IT. Sehingga, tidak ada lagi kejutan tagihan mendadak dari satu tim. Semua transparan dan terkendali.
FinOps berjalan dalam tiga siklus berkelanjutan: Inform, Optimize, Operate. Masing-masing saling membangun dan berkaitan.
1. Inform – Membangun Visibilitas Biaya Cloud
Mengumpulkan data penggunaan cloud secara konsisten di seluruh tim menjadi langkah pertama yang penting. Jangan lupa untuk juga, menerapkan standar tag dengan disiplin, membangun dashboard untuk melihat history pemilik cloud, dan mengedukasi tim tentang biaya per workload.
Metrik seperti biaya yang dibutuhkan, baik per aplikasi, per tim, atau per pelanggan, bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Langkah-langkah ini membantu memperkuat kepercayaan antara tim finance dan IT.
2. Optimize – Mengambil Aksi Berdasarkan Data
Setelah Anda memiliki data yang jelas akan ke mana biaya yang dikeluarkan mengalir, itulah waktunya Anda bertindak. Beberapa langkah cepat yang bisa diambil di sini seperti rightsizing, menggunakan reserved instance, dan mengeliminasi resource yang idle atau tidak digunakan.
Anda juga bisa mulai mengaplikasikan otomasi pada beberapa task dengan prioritas yang rendah seperti penjadwalan on/off infrastruktur pengembangan.
3. Operate – Menjadikan Efisiensi Sebagai Budaya
Tahap ini memastikan bahwa optimasi bukan langkah yang dilakukan hanya sekali-sekali. Setiap tim punya tanggung jawab terhadap anggaran dan biaya yang digunakan dan harus menjadi bagian dari ritme kerja.
Framework Berbasis Workload
Alih-alih memulai dari infrastruktur, framework ini dimulai dari workload, dari apa yang benar-benar ingin bisnis Anda capai. Aplikasi, layanan, dan data adalah penggerak utama bisnis modern yang juga menjadi fokus utama pada framework ini.
Melalui framework ini, Anda menyelaraskan sumber daya cloud sesuai kebutuhan workload. Karena tidak semua workload butuh infrastruktur dengan performa yang sangat tinggi, dan tidak semua pengeluaran harus dipangkas hingga habis.
Langkah awal dalam menggunakan framework ini dapat dilakukan dengan membagi workload menjadi 3 kategori untuk memberikan visibilitas target optimasi.
1. Optimasi Berbasis Performa
Workload yang berbasis pada performa biasanya dapat Anda temui pada sistem yang mengedepankan pengalaman pengguna, seperti aplikasi/interface yang digunakan oleh pelanggan, atau sistem yang berbasis real-time.
CDN, auto-scalling, dan deployment berbasis region dapat menjadi pilihan untuk mengoptimalkan kinerja workload ini. Optimasi pada workload tipe ini bukan hanya mempertimbangkan biaya, tetapi juga performa.
2. Optimasi Berbasis Biaya
Batch job, infrastruktur pengembangan, maupun infrastruktur untuk kebutuhan internal seperti aplikasi atau email adalah beberapa workload yang dapat dioptimasikan berbasis biaya.
Instance spot, penjadwalan on/off sistem, dan sistem tiering pada penyimpanan dapat diterapkan sebagai langkah konkret untuk diambil selanjutnya. Harapannya, biaya yang didapatkan dari optimasi ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan bisnis.
3. Optimasi Berbasis Kepatuhan
Workload di industri seperti keuangan atau kesehatan memiliki regulasi ketat. Di sini, yang utama bukan biaya, melainkan kontrol dan keamanan.
Pemilihan infrastruktur harus didasarkan pada klausa yang dibutuhkan untuk memenuhi standar kepatuhan industri, seperti enkripsi, lokasi data, ataupun kontrol akses yang sesuai. Dengan memilih infrastruktur yang tepat, public, private, atau hybrid, bisnis dapat memaksimalkan manfaat yang didapatkan.
Memilih Framework yang Tepat untuk Kebutuhan Bisnis
Framework | Kebutuhan | Fokus | Manfaat Utama |
6R | Migrasi Cloud | Infrastruktur | Keputusan migrasi yang terukur |
FinOps | Pengelolaan biaya lintas tim | Proses | Visisbilitas dan kepemilikan |
Berbasis Workload | Tim IT dan Operasi | Fleksibilitas | Efisiensi berbasis prioritas workload |
Ketiga framework ini bukan saling menyaingi. Justru saling melengkapi. Anda bisa pakai semuanya secara bersamaan apabila memang sesuai dengan yang Anda butuhkan saat ini.
Optimasi Cloud adalah Strategi, Bukan Sekedar Alat
Kebanyakan bisnis saat ini ingin mendapatkan tools yang dapat langsung menghemat biaya cloud. Tapi tanpa struktur yang jelas, secanggih apapun alat yang digunakan hanya akan jadi dashboard yang tidak berdampak.
Optimasi cloud yang memiliki dampak nyata hanya bisa datang dari kebiasaan. Dari cara tim membuat keputusan. Dari strategi yang berakar pada keadaan bisnis. Framework yang tepat akan memberi arah yang kemudian bisa diikuti dengan tools yang sesuai.
Wowrack siap bantu Anda membangun fondasi cloud yang efisien dan tahan lama. Tim cloud strategist kami siap bantu Anda mengungkap jawabannya lewat sesi konsultasi 1:1 secara gratis. Kami akan bantu Anda melihat peluang penghematan, menemukan beban tersembunyi, dan merancang langkah konkret untuk optimasi.