Surabaya (Wowrack) - Algorithmic Personality Detection atau Algoritma untuk mendeteksi kepribadian ini adalah sebuah konsep yang didalami untuk mengetahui kepribadian dengan memanfaatkan teknologi. Pada dasarnya, algoritma adalah sebuah proses yang harus diikuti untuk memecahkan sebuah masalah. Sedangkan algoritma deteksi kepribadian adalah penilaian kepribadian seorang individu melalui prediksi algoritma.
Bisakah hal demikian diterapkan untuk kebutuhan bisnis? Jawabannya sangat bisa, sebagai contoh, banyak perusahaan yang melihat sosial media “calon karyawan” sebelum benar-benar memilihnya. Jika hal itu dilakukan dalam bentuk manual, bukan tidak mungkin suatu saat hal tersebut dilakukan melalui sistem.
Dalam hal ini, tujuan teknologi ini adalah untuk menilai seseorang melalui situs yang dikunjungi, konten yang dibagikan di sosial media.
Pertanyaannya adalah, Bisakah komputer mempelajari lebih lanjut tentang kepribadian manusia?
Algoritma deteksi kepribadian membawa konsep-konsep fundamental pada manusia seperti psikologi dan sosiologi. Metode yang digunakan dalam menentukan hal ini ialah dengan melihat pola pada Big Data. Jadi, sangat masuk akal apabila media sosial menjadi titik kunci informasi yang akan dikumpulkan untuk menilai kepribadian seseorang.
Lebih dari 1,4 miliar orang menggunakan sosial media, dari situ bisa dilihat pula kepribadian mereka dengan memfokuskan pada informasi yang dibagikan di sosial media.
Sebagai contoh penelitian dilakukan oleh University of Cambridge pada sosial media Facebook. Dimana dalam penelitian tersebut mampu memprediksi berbagai ciri kepribadian seseorang seperti kecerdasan, agama, jenis kelamin dan orientasi seksual.
Dari riset tersebut sudah dapat jawaban bahwa algoritma deteksi kepribadian itu bisa benar-benar diterapkan. Pemanfaatan layanan sosial media dan big data seperti menjadi kunci untuk menjadikan konsep tersebut menjadi kenyataan dan digunakan untuk bisnis.